Shalom,
Saudara-saudaraku
yang dikasihi dan yang mengasihi Tuhan, kehidupan setiap kita tentu tidak ada
yang mampu menebaknya, dalam setiap kehidupan tentu saja setiap orang tidak
akan ada yang mampu menerka dan menduga karena segala sesuatu dalam hidup
adalah hal yang nyata. Sebagai umat yang percaya kepada Tuhan maka tentu kita
harus senantiasa mendasarkan diri kepada kehidupan yang selalu berfokus pada
kehendak Tuhan, kita tidak akan mengerti kehendak Tuhan jika kita masih saja
memakai pikiran manusiawi dan logika hidup manusia karena logika hidup manusia
adalah seperti setetes air tetapi pemikiran dan kuasa Tuhan sebesar lautan dan
samudera sehingga pemikiran hidup manusia sangat kecil dibandingkan kehendak
Tuhan.
Pada
dasarnya manusia diberi kuasa untuk hidup dan beranak cucu seperti yang
didasarkan pada Firman Tuhan : Kejadian 1 : 28 :” Allah memberkati mereka, lalu
Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak;
penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
Tentu
saja Tuhan memiliki rencana yang agung dalam kuasanya yang besar. Kaitan yang
menjadi dasar dari kehidupan anak manusia yang bersatu untuk tujuan agung yakni
“beranakcucu dan bertambah banyak” menggambarkan jika kita diberi perintahNya
untuk menjadi banyak dengan berkeluarga dan menurunkan keturunan namun
sebelumnya harus melalui jenjang pernikahan yang dikehendakiNya.
Pernikahan
merupakan jalan awal untuk menuju seperti firman Tuhan tersebut tentu ini bukan
memiliki tujuan lain supaya beranakcucu dan bertambah banyak dengan menggunakan
batasan pernikahan agar segala sesuatu berjalan dengan baik dan tidak kacau,
beranakcucu dan bertambah banyak harus selalu dilandasi dengan perkawinan /
pernikahan yang berkenan disatukan dihadapanNya. Manusia percaya selalu hidup
dalam dasar firmanNya, selalu memfokuskan diri dalam membangun rumahtangganya
selalu sesuai dengan kehendaknya.
Berdasarkan
firman Tuhan yang terdapat pada : Kejadian 2 : 18 : “TUHAN Allah berfirman:
"Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan
penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”
Tentu
ayat ini sekalilagi menunjukkan begitu kasihNya kepada manusia agar manusia
bersatu dalam kasih dan kesatuan agar manusia menjadi keluarga didalam Tuhan
dan kemudian beranak cucu dan bertambah banyak dengan memiliki keturunan.
Pada
: Matius 19:6 : “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu,
apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Dapat
dipahami jika melalui gambaran kasihNya manusia dipersatukan tetapi tentu
dipersatukan disini semestinya harus dipahami jika pernikahan dilakukan
dihadapan pendeta sebagai pemuka agama maka pendeta diimani (hanya) menjadi
perantara untuk mempersatukanNya, coba jika kita memahami bersama apakah
pendeta sudah seperti Tuhan? maka tentu tidak, pemuka agama bertugas sebagai
pengantara jemaat kepada Tuhan, tidak dapat dibenarkan jika pemuka agama
diasumsikan mewakili Tuhan secara umum sehingga hal ini menjadi seorang pemuka
agama menjadi sombong dan tinggi hati seperti dalam Firman Tuhan : Yohanes
13:16 :” Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi
dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.
Perkawinan
Kristen pada dasarnya yakni meletakkan semua dalam hukum kasih seperti yang
dikehendaki Tuhan, baik calon suami/ isteri yang kemudian menjadi suami/ isteri
saling melengkapi, mendukung, menghargai dan menjaga hubungan masing-masing dan
saling menutupi kekurangan masing-masing.
Berdasarkan
Firman Tuhan yang ada di : Kejadian 3 :17 : “ Lalu firman-Nya
kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan
memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari
padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah
payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu ”. Dapat dipahami
dalam firman ini jika sebenarnya Tuhan telah menyediakan makanan dan kebutuhan
hidup manusia dan manusia tidak usah lagi memenuhi kebutuhan hidupnya karena
segalanya telah disediakan Tuhan namun sejak manusia jatuh kedalam dosa maka
manusia tidak lagi mendapatkan kemudahan hidup dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya namun tentu hal ini tetap menjadikan pemikiran apakah manusia Adam
yang berkewajiban memenuhi kebutuhan hidup untuk isterinya (dan keluarganya) ?
tentu pemahaman ini harus terus dipahami secara mendalam lagi, analogi /
penyamaan dari pemahaman firman Tuhan ditas tersebut adalah harus dipahami JIKA
manusia tidak lagi diberi KEMUDAHAN untuk memenuhi kebutuhan hidup karena
mansia telah jatuh kedalam dosa jika manusia tidak jatuh kedalam dosa maka
segala sesuatu telah dipenuhi oleh Tuhan untuk kebutuhan hidup manusia dan
dalam pemahaman ini tidak ada perintah
Tuhan jika yang HARUS member nafkah adalah Adam (suami) tetapi dalam ayat
tersebut menyatakan dan menjelaskan kepada kita manusia AKAN dengan bersusah
payah mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu karena manusia telah jatuh ke
dalam dosa !! artinya dalam memenuhi kebutuhan hidup maka manusia harus
mengupayakan sendiri.
Kejadian
3:16 :” Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung
akan Kubuat sangat banyak ; dengan kesakitan engkau akan
melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan
ia akan berkuasa atasmu. "
Pada
pemahaman ayat diatas menjelaskan bahwa perempuan akan
bersusah payah waktu mengandung dengan sangat banyak juga dengan kesakitan
perempuan akan melahirkan anak, tentu hal yang dimaksud adalah ini
merupakan akibat dari dosa sehingga perempuan akan MENJADI bersusah payah waktu
mengandung dan kesakitan waktu melahirkan dan makna penjelasan ini tentu bukan memiliki
tujuan tertentu seperti perempuan hanya melahirkan dan bukan bekerja tetapi
perempuan yang juga dijadikan pendamping laki-laki pada mulanya bersama-sama
menerima berkat tetapi saat setelah jatuh maka kemudahan dan pemenuhan
segala-sesuatu dari Tuhan menjadi jauh dan ini karena manusia telah jatuh
kedalam dosa.
Sekali
lagi pada kedua dasar firman tersebut diatas menyatakan hal sebagian yang
menjadi dasar dalam kehidupan suami isteri, seperti pemahaman saat manusia
belum jatuh kedalam dosa manusia diberi kemudahan tidak perlu bersusah payah
mencari makanan tetapi semua kebutuhan manusia telah disediakan Tuhan, manusia
juga tidak perlu bersusahpayah melahirkan karena itu adalah keistimewaan
manusia karena berkat Tuhan sebelum manusia jatuh kedalam dosa.
Pernikahan
Kristen bukanlah mengenai suami atau isteri yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan
hidup tetapi hendaklah suami dan isteri saling memahami satu terhadap yang
lain, kita bisa mengetahui mengenai banyak sekali pekerjaan menuntut suami atau
isteri ikut karena tugasnya atau karena situasi dan keadaan yang tentu siapaun
tidak akan tahu mengenai keadaan kehidupan, tentu saja pekerjaan apapun yang menuntutk
kesiapan sewaktu waktu atau karena aturan pekerjaan, maka itu tidak selalu
suami atau isteri yang dituntut untuk mencari nafkah tetapi rumahtangga Kristen
lebih mengedepankan kasih, pemahaman dan menutupi pasangannya dalam segala
kekurangannya karena pernikahan rumahtangga Kristen bukan hanya mengenai
kondisi rumahtangga tetapi mengenai cara mengasihi pasangan hidup dalam
perjalanan mengarungi kehidupan berrumahtangga.
HAKEKAT PERNIKAHAN
Pemahaman
umum jika suami harus mencari nafkah dengan bekerja dan isteri menerima nafkah
dari suami ini merupakan sudut pandang yang sempit karena pemahaman umum
mengenai ini sengaja dihembuskan oleh pemahaman yang mengharuskan suami bekerja
dan isteri menerima gaji dari suami, tentu pemahaman sempit ini harus dibuang
jauh karena sekali lagi tidak ada perintah Tuhan yang mengatakan demikian dalam
ayat tersebut diatas, dalam perkawinan tentu telah ada rasa saling pengertian
dan kesepakatan untuk saling memahami, kita bersama tahu dalam perjalanan
pernikahan tentu tidak semulus harapan dan teori, dalam kenyataannya dalam
perjalanan pernikahan banyak sekali tantangan yang bisa menghadang dan tentu
jika pasangan suami dan isteri tidak siap menghadapinya dengan sikap yang
dewasa maka tentu hal ini akan membuat sulit kehidupan rumahtangga.
Perkawinan
Kristen selalu didasari iman Kristen dan selalu tertuju kepada Tuhan seperti
dalam pemahaman kasih seperti dalam hukum kasih yang tertera dalam firman
Tuhan, hukum kasih menjadi penjamin kehidupan keluarga / rumahtangga Kristen
dapat berjalan dan bertahan dengan baik, kehidupan rumah tangga tanpa ada
campurtangan Tuhan maka akan sia-sia.
Dalam
pasangan rumahtangga Kristen, suami dan isteri harus bersinergi untuk
mendukung, menguatkan dan menutupi kekurangan masing-masing pasangannya,
sehingga dengan begitu masing-masing pasangan akan hidup dalam jalan dan
pikiran sepasang tanpa ada campurtangan dan pendapat diluar pasangan suami dan
isteri karena hanya pasangan tersebutlah yang akan menyelesaikan setiap
permasalahan yang ada dengan cara dan penyelesaian pemikiran mereka.
PERUBAHAN JAMAN
Perubahan
jaman ke jaman sering menimbulkan hal tersendiri seperti susahnya memenuhi
kehidupan hidup karena mahalnya harga kebutuhan pokok dan aspek lain seperti
susahnya mencari pendapatan, atau susahnya mendapatkan pekerjaan, tentu hal ini
sangat berdampak dan menimbulkan masalah bagi keluarga Kristen jika keadaan
yang ada menjadi sulit karena keadaan, tidak semua keluarga Kristen memperoleh
kekayaan dan materi yang berlimpah karena mengikut Tuhan bukanlah upaya manusia
untuk menjadi kaya seperti firman Tuhan dalam Amsal 3:16 :” Umur panjang ada di
tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan”. menjadi bagian
dari mengikut Tuhan ialah menjadi pengikut yang setia karena mengenai kekayaan,
materi kesukaran, kekurangan itu merupakan bagian hidup yang merupakan proses
jalan kehidupan setiap manusia, iman kepada Tuhan bukan mengenai keyakinan yang
sungguh tetapi mengenai bagaimana sikap hidup umat Nya dalam menjalani
tantangan hidup bersama dia yang member kekuatan kepada umatNya.
a. Hidup dalam Kasih
Apapun
yang menjadi permasalahan dalam keluarga akan menjadi bagian tersendiri
pasangan suami dan isteri dalam menyelesaikannya, tidak boleh ada unsure lain
seperti masuknya orangtua yang berupaya mencampuri urusan pasangan suami dan
isteri atau peran pendeta yang berupaya masuk kedalam urusan rumahtangga
keluarga Kristen, Suami dan isteri berupaya masing-masing menjadi bagian untuk
mendukung keluarga dalam hidup penuh kasih, keluarga Kristen baru pun tetap
harus menjadi satu bagian dalam kebersamaan hidup dalam nuansa penuh kasih dan
menghargai pasangannya, setiap pasangan tidak boleh menceritakan mengenai
masalah yang ada disekitar kehidupan rumahtangga Kristen kepada orang lain
seperti : teman, keluarga, orang tua, pendeta atau teman yang lain karena
seburuk apapun keluarga Kristen harus mengutamakan penyelesaian penuh kasih dan
menyerahkan persoalan kepada Tuhan dalam hidup, jika ada pasangan keluarga
Kristen yang entah saat ini memiliki masalah ekonomi, pasangan yang tidak
rukun, pekerjaan dan masalah apapun lainnya seburuk apapun masalah dan kondisi
tetaplah pasangan suami dan isteri harus saling mengasihi dan hidup dalam
keadaan saling menutupi dan saling mengampuni. Ciri utama pasangan Kristen yang
baik ialah saling menghargai dan membantu sekalipun salah satu pasangan
memiliki kekurangan yang ada seperti mengenai suami yang belum bekerja, suami
yang sedang sakit, pasangan suami dan isteri yang belum memiliki anak, dan
masalah lainnya, tentu peran masing-masing untuk menutupi sangat besar, kendala
yang ada jangan dijadikan masalah rumahtangga yang runyam tetapi semakin kuat,
bersyukur dan saling mendukung sehingga keluarga menjadi kokoh kuat dan utuh,
hadirnya pihak lain selain pasangan justru akan menjadikan pasangan rumahtangga
Kristen menjadi bermasalah karena pihak diluar pasangan keluarga Kristen itu
tidak benar-benar mengetahui karakter pasangan suami dan siteri keluarga
Kristen muda. Tidak kita pungkiri masalah perbedaan keluarga asal, pasangan
suami dan isteri yang belum memiliki anak/ keturunan, suami/ isteri yang belum
bekerja dan hal mengenai rumahtangga lainnya bukan suatu masalah inti yang
menyebabkan terjadinya permasalahan antara suami dan isteri dalam biduk
rumahtangga.
b. Saling Membantu
Hidup
diera jaman sekarang telah mengalami situasi perubahan dimana isteri tidak
harus selalu dan berpaku kepada penghasilan atau pemberian nafkah dari
suaminya, tentu saja kita sebagai bagian dari hidup tidak mengetahui si suamikah
atau si isterikah yang mendapatkan berkat penghasilan untuk memenuhi kehidupan,
cara tidak selalu mengandalkan pemberian nafkah dari suami merupakan cara yang
bijak karena tentu saja hal ini kita hidup dalam situasi dan masa yang berbeda
dari waktu ke waktu, isteri tidak boleh selalu menyalahkan suami jika suami
belum bisa memberikan penghasilan kepada isterinya dan isteri tidak boleh
mengeluh karena keluarga Kristen selalu berbeda dengan keluarga yang memiliki
prinsip keyakinan lainnya, isteri harus menjadi sosok yang tidak cepat mengeluh
tetapi menjadi kekuatan bersama dengan suami untuk menjalankan kehidupan
rumahtangga, jika isteri menjadi sosok yang menopang segala kebutuhan keluarga
selagi suami sedang mencari penghasilan atau pekerjaan maka berbahagialah
isteri yang demikian karena ia akan menjadi sosok isteri yang diberkati.
Setiap
pasangan suami dan isteri harus saling menghargai dan membantu dalam perbagai
hal, suami atau isteri harus selalu mendukung dalam berbagai hal karena peran
penting masing-masing pasangan, suami atau isteri merupakan sarana untuk saling
membantu dan saling menguatkan, jika setiap pasangan saling mendukung,
menguatkan dan mendoakan maka pasangan yang satu dengan yang lain memiliki
keinginan untuk berbuat baik demi keutuhan keluarga dan rumahtangga, keadaan
akan menjadi semakin baik jika pasangan suami atau isteri selalu menjadikan
fokus untuk mengasihi.
Kasih
terhadap pasangan yang satu dengan yang lain merupakan jalan agar kehidupan
rumahtangga tetap terjaga, tidak selalu keadaan suami atau isteri itu selalu
dalam kondisi baik, entah masalah ekonomi atau masalah yang lainnya, jika suami
belum bisa berbuat banyak untuk keluarga maka isteri harus terus mendukung,
menguatkan dan menjadi pihak terdekan yang pertama-tama membantu, menyuport,
tidak ada larangan jika isteri menjadi pembantu manakalah situasi keadaan
rumahtangga sedang kurang baik seperti mengenai masalah ekonomi, jika suatu hal
suami belum bisa menjadi penyokong maka isteri selalu siap menjadi pendukung
utamanya, justru jika isteri membantu dalam situasi apapun maka istri istu
menjadi isteri yang baik baik keluarga/ suaminya dan ibu yang baik bagi
anak-anaknya. Bukanlah hal yang tabuh jika isteri membantu suami dan menjadi
penyokong yang baik jika suami sedang memiliki masalah dan belum bisa memenuhi
kebutuhan hidup, tentu hal ini tidak semata-mata isteri harus berbuat untuk
keluarga tetapi isteri harus menjadi bagian penyokong utama dan ini merupakan
suatu kebanggaan bagi istri jika berkesempatan membantu suami dalam mencukupi
kebutuhan hidup, demi keluarga yang utuh.
Isteri
yang bekerja harus tetap menghargai suaminya sekalipun suaminya sedang dalam
situasi sulit karena demikian isteri dijadikan oleh Tuhan bukan karena dirinya
sendiri tetapi karena Tuhan menjadikan perempuan (isteri) untuk suami
(laki-laki), karena kemuliaan Tuhan bukan pada perempuan tetapi Tuhan, isteri
harus tetap menghargai suami sekalipun isteri berada diatas suami dari sisi hal
seperti pengdapatan, materi dan hal-hal lainnya, bukan istri menjadi berkuasa
karena dia bekerja tetapi tetap rendah hati dan menjadi takut akan Tuhan dengan
mendukung keluarga bagaimanapun beratnya hidup yang dijalani dengan setia
kepada suaminya.
c. Percaya dan Saling Menguatkan
Suami
dan isteri yang menjadi bagian keluarga baru Kristen tentu harus memiliki
pemikiran yang penuh kasih dan kebaikkan, jika situasi rumahtangga Kristen
sedang diperhadapkan dengan situasi sulit dan ini merupakan proses perjalanan
hidup maka pasangan suami dan isteri tetap harus memiliki kesatuan pemikiran
dan dalam hidup yang seiya sekata. Jikapun masalah yang diijinkan Tuhan sedang
melanda maka kehidupan keluarga rumahtangga Kristen maka tidak baik jika salah
satu pasangan seperti suami atau isteri meninggalkan pasangannya, tentu ini
akan berimbas menjadi situasi yang semakin sulit dalam kehidupan keluarga/
rumahtangga. Suami atau isteri yang sedang menghadapi situasi sulit dalam
kehidupan keluarga seperti permasalahan ekonomi, sulitnya suami/ isteri
mendapatkan pekerjaan atau masalah belum adanya keturunan dan lain sebagainya
maka sebenarnya hal tersebut diatas bukanlah masalah inti yang bisa memperkeruh
masalah keluarga, jika pasangan suami atau isteri memahami maka suami atau
isteri tersebut harus selalu menfokuskan diri kepada pasangannya dalam
keyakinan penuh pemulihan rumahtangga kepada Tuhan, Tuhan tentu tidak akan
membiarkan rumahtangga Kristen menjadi terbengkelai dan semakin bermasalah
dalam perjalanannya, tentu waktu Tuhan bukan waktu manusia dan rencana Tuhan
bukan rencana manusia.
Pasangan
suami atau isteri tidak boleh meninggalkan pasangannya meskipun dalam situasi
sulit Karena rumahtangga Kristen harus selalu mengedepankan hikmat dan kasih
kepada Tuhan, mengasihi pasangannya ialahah wujud sama halnya mengasihi Tuhan
karena pasangan yang ada merupakan wujud perintah Tuhan untuk menjadi satu
yakni “beranak cucu dan menjadi banyak”.
Kaeadaan
jaman sering pula memaksa kehidupan keluarga rumahtangga Kristen seperti
sulitnya bertahan dalam situasi konflik rumahtangga, masalah ekonomi, masalah
sulitnya mendapatkan pekerjaan bukanlah hal yang membuat salah satu pasangan
suami atau isteri mundur dalam hidup berumahtangga tetapi justru menjadikan
kuat dan hidup semakin bertumbuh dalam iman, Tuhan tidak akan membiarkan
umatnya jatuh dalam keadaan sulit karena Tuhan kaya akan segala sesuatu dan Dialah
pemulih kehidupan umatNya yang sedang patah dan remuk jiwa nya oleh beban
kehidupan, iman selalu harus meyakini sepenuhnya tetapi iman harus juga
berdasarkan logika demikian iman Kristen yang sesungguhnya.
Tuhan
memberkati keluarga rumahtangga Kristen yang sedang dalam situasi sulit,
percayalah Tuhan lebih berkuasa karena Ia Sang Maha Kuasa dan penuh dengan
kekayaan serta hikmat, kita semua memiliki iman Kristen yang memiliki Allah
yang besar maka itu pedulilah dan hiduplah selalu rukun dan menghargai
pasanganmu baik dalam suka maupun duka (masa sulit), tetaplah hidup dalam iman
dan kesatuan dengan pasanganmu karena berkat Tuhanlah yang akan memenuhi
kebutuhan hidup kita dan jangan undur dan menjauhi pasangan kita sekalipun ada
bujukan dari siapa saja diluar pasangan hidup kita karena kita tidak akan tahu
motif yang orang lain berikan atas kita.
d. Jika Isteri Bekerja Meskipun Suami Tidak
Bekerja
Jika
isteri bekerja apakah hal ini membuat tanggungjawab suami hilang? Tentu saja
tidak, Tidak ada firman Tuhan yang menitikberatkan pada suami atau isteri yang
bekerja, isteri yang bekerja tentu saja tidak salah karena memang dalam firman
Tuhan tidak ada baik isteri atau suami yang bekerja dan memiliki KEHARUSAN,
secara hukum Negara tentu berbeda dengan ajaran firman karena hukum Negara menganut
dan diserap dari berbagai agama tentu bukan hanya ajaran Kristen tetapi juga
ajaran agama lain, untuk itu secara khusus ajaran agama tidak bertalian erat
dengan hukum Negara karena aspeknya jelas berbeda, aspek norma yang dikehendaki
Tuhan ialah kasih sehingga kasih memiliki peranan yang sangat dalam dalam
setiap aspek kehidupan keluarga, BERKAT Tuhan tidak selalu sama antara satu
orang dengan yang lain, dan ajaran Tuhan tidak selalu mengajarkan hidup bersama
dengan Tuhan tidak selalu mengenakkan, kaya atau banyak harta tetapi kita
diajarkan untuk mengikut salib dengan merendahkan diri penuh karena ajaran
Tuhan, jika masih ada orang Kristen yang ingin mengikut Tuhan karena ingin kaya
maka motifasi seseorang itu telah keliru dan tentu saja seseorang tersebut akan
jatuh dalam keinginannya yang tidak akan tercapai karena motif duniawi.
Isteri
yang bekerja tentu saja baik jika hal ini didasari rasa kasih yang dalam karena
keluarga, kehidupan yang sulit pasti dialami oleh semua keluarga hanya masa dan
waktunya berbeda-beda, kita tahu tidak selalu suami diperhadapkan dengan masa
mengenakkan tetapi masa sulit pun akan dihadapi oleh setiap keluarga dan tentu
jika suami sedang diperhadapkan dengan masa sulit seperti sulitnya mencari
pekerjaan, sulitnya merintis usaha baru, atau sulitnya mendapatkan penghasilan
maka tentu hal ini tidak perlu dikhawatirkan oleh anak-anak Tuhan, sebagai umat
percaya maka kita hanya membutuhkan Tuhan dan pasti dengan keyakinan iman maka
Tuhan akan memulihkan dan memberkati keluarga yang diperhadapkan dengan masa
sulit, memang banyak pasangan suami isteri yang merasa tidak mampu dan memilih
meninggalkan pasangannya karena kurang imannya dan merasa hidupnya sangat susah
atau bujukkan keluarga/ orang tua, kerabat agar undur dan meninggalkan suami
yang sedang berada dimasa sulit, tentu saja ini adalah tindakan yang tidak
terpuji dan kurang baik, seburuk apapun situasinya keluarga yang bisa disebut
sedang mengalami “masa sulit” maka isteri tidaklah boleh meninggalkan suaminya,
sesukar apapun isteri harus bersama-sama suaminya untuk menjalani hidup karena
hidup suami isteri adalah tujuan Allah untuk membentu keluarga Tuhan dan isteri
harus taat serta mengasihi suaminya apapun keadaan suaminya dan terus mendoakan
agar situasi menjadi baik, percayalah jika situasi sulit yang dikatakan dunia
adalah ujian bagi umatNya untuk semakin taat dan penuh bersandar pada kekuatan
Tuhan dan tentu saja pada saat waktunya Tuhan akan memulihkan keluarga umatNya,
sesulit apapun keadaan umatNya dan keluarga umatNya Tuhan tentu tidak akan
membiarkannya karena Tuhan yang akan berdaulat atas keluarga-keluarga yang
bersandar pada kasih dan kehendakNya. Isteri yang baik akan menjadi berkat bagi
suaminya dan tentu isteri akan menjadi ibu yang berguna bagi anak-anaknya
kelak.
e. Pandangan Teologi
yang keliru jika bukti “Berkat ialah kaya”
Ada
banyak umat Tuhan disesatkan oleh dangkalnya pemikiran dari pemimpin agamnya
yang keliru karena tentu saja pandangan dan motif pemimpin agama berbeda-beda,
ada beberapa pemikiran tentang akan SELALU diberkati dengan bukti KAYA jika
mengikut Tuhan, jelas hal ini adalah cara piker yang keliru, seperti firman
Tuhan yang tertulis pada :
Matius 19:21 :”Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin,
maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian
datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
Jelas Firman Tuhan ini menjawab
jika mengikut Tuhan tidaklah secara hartawi artinya akan SELALU KAYA jika
mengkitu Tuhan, pemahaman dangkal ini akan dapat membuat umat Tuhan yang
memiliki orientasi ingin kaya jika mengikut Tuhan akan jatuh kedalam pencobaan,
orang akan selalu berpikir meminta berka Tuhan agar kaya, punya banyak uang dan
hal-hal duniawi lainnya, jelas orientasi dan pemikiran itu keliru.
Mengikut Tuhan selalu mendasarkan
diri pada keteguhan hati seperti halnya Ayub yang diperkenankan diuji lalu
kemudian kekayaannya diberikan kembali berkali-kali, namun Ayub sendiri telah
lulus “ujian” iman yang sangat sukar diterima manusia biasa, apalagi kita yang
ingin berorientasi kaya apakah mau seperti ayub dulu?? Tentu hal ini
menunjukkan kekayaan Tuhan yang luar biasa namun akan diberikan oleh umatNya
yang taat dan selalu setia tanpa memperhitungkan kaya atau miskin dalam
mengikut Tuhan, memang kehidupan butuh materi dan uang namun jangan mengikut
Tuhan HANYA karena ingin kaya dan memiliki jabatan.
Seringkali kita lupa jika kita
masih diberi hidup ini adala berkat, dari pagi bangun tidur sehabis semalaman
kita istirahat maka tentu ini merupakan berkat yang luar biasa, bayangkan jika
kita telah merancangkan rencana yang hebat dan super megah namun pada waktu
perencanaan kita dipanggilNya, maka tentu hal ini tidak membuahkan hasil
apa-apa selain sia-sia!!!
Saudara-saudara yang dikasihi
Tuhan, kita mengikut Tuhan bukan hanya untuk menjadi mulia dan diberkati namun
kita harus menjadi pelaku yang benar, selalu menjalankan hidup dengan santun
dan bukan mencari keuntungan agar kita dapat melakukan persembahan, coba kita
perhatikan sesungguhnya jika kita mampu member persembahan lebih pernahkan kita
berpikir kemurnian uang yang kita persembahkan berasal??? Jika kita masih
mempersembahkan dengan uang yang tidak murni dan hasil dari pemberian orang
karena rasa terimakasih maka pikirkan tujuan pemberian itu apakah dari hasil
suap atau kita yang lebih pintar untuk “menjual” Tuhan dengan mewartakan firman
yang kemudian disebut BERKAT??
Kita kaya atau miskin itu hanya
ungkapan perkataan manusia yang membedakan banyaknya materi tetapi dalam Tuhan
hal ini tidak ada artinya karena kita dating dan kembali kepadaNya tanpa
membawa materi/ uang jadi buat apa kita terlalu mengejar kekayaan yang semu,
memang mencari materi tidak salah tetapi orientasi mengejar materi jika hanya
untuk menjadi kaya maka tentu itu motifasi yang keliru dalam mengikut Tuhan,
berkat Tuhan hanya diberikan bagi siapa saja Dia berkenan kepada manusia.
f. Teguran Penuh
Kasih
Jika
ada pasangan hidup kita yang suatu kali berbelok arah maka ada baiknya kita
menegurnya demi kebaikkan dan bukan kejahatan, jika ada isteri yang menampar
suami atau suami yang menampar isterinya karena salah satu pasangan telah
berbalik arah maka hal itu tidak dapat dipersalahkan tentu saja menampar
pasangan memiliki batasan yang bersifat menegur bukan melukai atau semata-mata kekerasan,
tamparan teguran itu baik jika didalamnya ada motif untuk melindungin dan
menjauhkan pasangan dari ketidak baikkan serta semata-mata untuk tujuan
menyadarkan, tentu saja hal ini adalah hal yang tidak umum atau tidak biasa
karena salahsatu pasangan memakai cara “fisik” untuk mengingatkan tujuan
memberikan teguran secara fisik bukan selalu jahat atau bersifat kekerasan,
tentu sifat ini harus nyata-nyata bertujuan untuk menegur bukan merupakan hal
yang selalu dilakukan salah satu pasangan, menegur secara “fisik” dapat
dilakukan dalam beban dan level yang ringan bukan semata-mata untuk melakukan
teguran fisik yang membahayakan atau kekerasan kejahatan, maka itulah harus
selalu kita bedakan mengenai cara fisik yang kita gunakan untuk menegur dan
untuk kejahatan.
Banyak
teguran fisik dianggap hal yang tabuh dan sebab lain yakni melanggar hukum
namun jika dipahami secara untuh maka teguran fisik akan membawa dampak baik
dan sekonyong-konyong untuk menegur mengarahkan menjadi baik jika hal ini bukan
suatu kebiasaan yang selalu dilakukan untuk melakukan teguran fisik, jika hal
ini dimaknai untuk memutus kedegilan pasangan yang telah keluar dari jalan
pemikiran baik tetapi justru untuk mempertahankan demi keutuhan rumahtangga,
pemahaman teguran fisik harus dipahami dengan benar dan untuh, pemahaman
teguran itu harus didasari dengan penuh kasih dan tujuan baik yakni
menyadarkan, banyak dampak positif yang akan diperoleh jika teguran fisik betul
betul dilakukan dengan tepat untuk tujuan menegur, tidak selalu teguran fisik
itu merugikan. Teguran fisik akan mampu menjadi ingatan yangn kuat agar
kesalahan yang pernah dilakukan tidak akan menjadi dilakukan kembali. Ada hal
negative yang dilakukan jika hanya menasehati saja dalam situasi yang sulit an
cenderung tidak kondusif dinasehati, pasangan akan menjadi semakin tidak
terkontrol dan lebih bersifat agresif dengan melawan maka tentu ini merupakan
yang yang tidak baik dalam hidup berumahtangga namun sesungguhnya akan lebih
baik jika masing masing pihak pasangan mengerti dan memahami masing-masing
kekurangan pasangannya dengan mensyukuri dan saling menutupi kekurangan
pasangannya.
Semoga
Tuhan senatiasa menguatkan, mencukupi dan memberkati keluarga Kristen dimanapun
berada, amin.