Kamis, 26 Mei 2016

Hak dan Kewajiban Rumah Tangga Kristen



Shalom,
Saudara-saudaraku yang dikasihi dan yang mengasihi Tuhan, kehidupan setiap kita tentu tidak ada yang mampu menebaknya, dalam setiap kehidupan tentu saja setiap orang tidak akan ada yang mampu menerka dan menduga karena segala sesuatu dalam hidup adalah hal yang nyata. Sebagai umat yang percaya kepada Tuhan maka tentu kita harus senantiasa mendasarkan diri kepada kehidupan yang selalu berfokus pada kehendak Tuhan, kita tidak akan mengerti kehendak Tuhan jika kita masih saja memakai pikiran manusiawi dan logika hidup manusia karena logika hidup manusia adalah seperti setetes air tetapi pemikiran dan kuasa Tuhan sebesar lautan dan samudera sehingga pemikiran hidup manusia sangat kecil dibandingkan kehendak Tuhan.
Pada dasarnya manusia diberi kuasa untuk hidup dan beranak cucu seperti yang didasarkan pada Firman Tuhan : Kejadian 1 : 28 :” Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
Tentu saja Tuhan memiliki rencana yang agung dalam kuasanya yang besar. Kaitan yang menjadi dasar dari kehidupan anak manusia yang bersatu untuk tujuan agung yakni “beranakcucu dan bertambah banyak” menggambarkan jika kita diberi perintahNya untuk menjadi banyak dengan berkeluarga dan menurunkan keturunan namun sebelumnya harus melalui jenjang pernikahan yang dikehendakiNya.
Pernikahan merupakan jalan awal untuk menuju seperti firman Tuhan tersebut tentu ini bukan memiliki tujuan lain supaya beranakcucu dan bertambah banyak dengan menggunakan batasan pernikahan agar segala sesuatu berjalan dengan baik dan tidak kacau, beranakcucu dan bertambah banyak harus selalu dilandasi dengan perkawinan / pernikahan yang berkenan disatukan dihadapanNya. Manusia percaya selalu hidup dalam dasar firmanNya, selalu memfokuskan diri dalam membangun rumahtangganya selalu sesuai dengan kehendaknya.
Berdasarkan firman Tuhan yang terdapat pada : Kejadian 2 : 18 : “TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”
Tentu ayat ini sekalilagi menunjukkan begitu kasihNya kepada manusia agar manusia bersatu dalam kasih dan kesatuan agar manusia menjadi keluarga didalam Tuhan dan kemudian beranak cucu dan bertambah banyak dengan memiliki keturunan.
Pada : Matius 19:6 : “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Dapat dipahami jika melalui gambaran kasihNya manusia dipersatukan tetapi tentu dipersatukan disini semestinya harus dipahami jika pernikahan dilakukan dihadapan pendeta sebagai pemuka agama maka pendeta diimani (hanya) menjadi perantara untuk mempersatukanNya, coba jika kita memahami bersama apakah pendeta sudah seperti Tuhan? maka tentu tidak, pemuka agama bertugas sebagai pengantara jemaat kepada Tuhan, tidak dapat dibenarkan jika pemuka agama diasumsikan mewakili Tuhan secara umum sehingga hal ini menjadi seorang pemuka agama menjadi sombong dan tinggi hati seperti dalam Firman Tuhan : Yohanes 13:16 :” Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.
Perkawinan Kristen pada dasarnya yakni meletakkan semua dalam hukum kasih seperti yang dikehendaki Tuhan, baik calon suami/ isteri yang kemudian menjadi suami/ isteri saling melengkapi, mendukung, menghargai dan menjaga hubungan masing-masing dan saling menutupi kekurangan masing-masing.
Berdasarkan Firman Tuhan yang ada di :  Kejadian 3 :17 : “  Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah  karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu ”. Dapat dipahami dalam firman ini jika sebenarnya Tuhan telah menyediakan makanan dan kebutuhan hidup manusia dan manusia tidak usah lagi memenuhi kebutuhan hidupnya karena segalanya telah disediakan Tuhan namun sejak manusia jatuh kedalam dosa maka manusia tidak lagi mendapatkan kemudahan hidup dalam memenuhi kebutuhan hidupnya namun tentu hal ini tetap menjadikan pemikiran apakah manusia Adam yang berkewajiban memenuhi kebutuhan hidup untuk isterinya (dan keluarganya) ? tentu pemahaman ini harus terus dipahami secara mendalam lagi, analogi / penyamaan dari pemahaman firman Tuhan ditas tersebut adalah harus dipahami JIKA manusia tidak lagi diberi KEMUDAHAN untuk memenuhi kebutuhan hidup karena mansia telah jatuh kedalam dosa jika manusia tidak jatuh kedalam dosa maka segala sesuatu telah dipenuhi oleh Tuhan untuk kebutuhan hidup manusia dan dalam pemahaman ini tidak ada perintah Tuhan jika yang HARUS member nafkah adalah Adam (suami) tetapi dalam ayat tersebut menyatakan dan menjelaskan kepada kita manusia AKAN dengan bersusah payah mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu karena manusia telah jatuh ke dalam dosa !! artinya dalam memenuhi kebutuhan hidup maka manusia harus mengupayakan sendiri.
Kejadian 3:16 :” Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak ; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu;  namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu. "
Pada pemahaman ayat diatas menjelaskan bahwa perempuan akan bersusah payah waktu mengandung dengan sangat banyak juga dengan kesakitan perempuan akan melahirkan anak, tentu hal yang dimaksud adalah ini merupakan akibat dari dosa sehingga perempuan akan MENJADI bersusah payah waktu mengandung dan kesakitan waktu melahirkan dan makna penjelasan ini tentu bukan memiliki tujuan tertentu seperti perempuan hanya melahirkan dan bukan bekerja tetapi perempuan yang juga dijadikan pendamping laki-laki pada mulanya bersama-sama menerima berkat tetapi saat setelah jatuh maka kemudahan dan pemenuhan segala-sesuatu dari Tuhan menjadi jauh dan ini karena manusia telah jatuh kedalam dosa.
Sekali lagi pada kedua dasar firman tersebut diatas menyatakan hal sebagian yang menjadi dasar dalam kehidupan suami isteri, seperti pemahaman saat manusia belum jatuh kedalam dosa manusia diberi kemudahan tidak perlu bersusah payah mencari makanan tetapi semua kebutuhan manusia telah disediakan Tuhan, manusia juga tidak perlu bersusahpayah melahirkan karena itu adalah keistimewaan manusia karena berkat Tuhan sebelum manusia jatuh kedalam dosa.
Pernikahan Kristen bukanlah mengenai suami atau isteri yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup tetapi hendaklah suami dan isteri saling memahami satu terhadap yang lain, kita bisa mengetahui mengenai banyak sekali pekerjaan menuntut suami atau isteri ikut karena tugasnya atau karena situasi dan keadaan yang tentu siapaun tidak akan tahu mengenai keadaan kehidupan, tentu saja pekerjaan apapun yang menuntutk kesiapan sewaktu waktu atau karena aturan pekerjaan, maka itu tidak selalu suami atau isteri yang dituntut untuk mencari nafkah tetapi rumahtangga Kristen lebih mengedepankan kasih, pemahaman dan menutupi pasangannya dalam segala kekurangannya karena pernikahan rumahtangga Kristen bukan hanya mengenai kondisi rumahtangga tetapi mengenai cara mengasihi pasangan hidup dalam perjalanan mengarungi kehidupan berrumahtangga.

HAKEKAT PERNIKAHAN
Pemahaman umum jika suami harus mencari nafkah dengan bekerja dan isteri menerima nafkah dari suami ini merupakan sudut pandang yang sempit karena pemahaman umum mengenai ini sengaja dihembuskan oleh pemahaman yang mengharuskan suami bekerja dan isteri menerima gaji dari suami, tentu pemahaman sempit ini harus dibuang jauh karena sekali lagi tidak ada perintah Tuhan yang mengatakan demikian dalam ayat tersebut diatas, dalam perkawinan tentu telah ada rasa saling pengertian dan kesepakatan untuk saling memahami, kita bersama tahu dalam perjalanan pernikahan tentu tidak semulus harapan dan teori, dalam kenyataannya dalam perjalanan pernikahan banyak sekali tantangan yang bisa menghadang dan tentu jika pasangan suami dan isteri tidak siap menghadapinya dengan sikap yang dewasa maka tentu hal ini akan membuat sulit kehidupan rumahtangga.
Perkawinan Kristen selalu didasari iman Kristen dan selalu tertuju kepada Tuhan seperti dalam pemahaman kasih seperti dalam hukum kasih yang tertera dalam firman Tuhan, hukum kasih menjadi penjamin kehidupan keluarga / rumahtangga Kristen dapat berjalan dan bertahan dengan baik, kehidupan rumah tangga tanpa ada campurtangan Tuhan maka akan sia-sia.
Dalam pasangan rumahtangga Kristen, suami dan isteri harus bersinergi untuk mendukung, menguatkan dan menutupi kekurangan masing-masing pasangannya, sehingga dengan begitu masing-masing pasangan akan hidup dalam jalan dan pikiran sepasang tanpa ada campurtangan dan pendapat diluar pasangan suami dan isteri karena hanya pasangan tersebutlah yang akan menyelesaikan setiap permasalahan yang ada dengan cara dan penyelesaian pemikiran mereka.

PERUBAHAN JAMAN
Perubahan jaman ke jaman sering menimbulkan hal tersendiri seperti susahnya memenuhi kehidupan hidup karena mahalnya harga kebutuhan pokok dan aspek lain seperti susahnya mencari pendapatan, atau susahnya mendapatkan pekerjaan, tentu hal ini sangat berdampak dan menimbulkan masalah bagi keluarga Kristen jika keadaan yang ada menjadi sulit karena keadaan, tidak semua keluarga Kristen memperoleh kekayaan dan materi yang berlimpah karena mengikut Tuhan bukanlah upaya manusia untuk menjadi kaya seperti firman Tuhan dalam Amsal 3:16 :” Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan”. menjadi bagian dari mengikut Tuhan ialah menjadi pengikut yang setia karena mengenai kekayaan, materi kesukaran, kekurangan itu merupakan bagian hidup yang merupakan proses jalan kehidupan setiap manusia, iman kepada Tuhan bukan mengenai keyakinan yang sungguh tetapi mengenai bagaimana sikap hidup umat Nya dalam menjalani tantangan hidup bersama dia yang member kekuatan kepada umatNya.
a.      Hidup dalam Kasih
Apapun yang menjadi permasalahan dalam keluarga akan menjadi bagian tersendiri pasangan suami dan isteri dalam menyelesaikannya, tidak boleh ada unsure lain seperti masuknya orangtua yang berupaya mencampuri urusan pasangan suami dan isteri atau peran pendeta yang berupaya masuk kedalam urusan rumahtangga keluarga Kristen, Suami dan isteri berupaya masing-masing menjadi bagian untuk mendukung keluarga dalam hidup penuh kasih, keluarga Kristen baru pun tetap harus menjadi satu bagian dalam kebersamaan hidup dalam nuansa penuh kasih dan menghargai pasangannya, setiap pasangan tidak boleh menceritakan mengenai masalah yang ada disekitar kehidupan rumahtangga Kristen kepada orang lain seperti : teman, keluarga, orang tua, pendeta atau teman yang lain karena seburuk apapun keluarga Kristen harus mengutamakan penyelesaian penuh kasih dan menyerahkan persoalan kepada Tuhan dalam hidup, jika ada pasangan keluarga Kristen yang entah saat ini memiliki masalah ekonomi, pasangan yang tidak rukun, pekerjaan dan masalah apapun lainnya seburuk apapun masalah dan kondisi tetaplah pasangan suami dan isteri harus saling mengasihi dan hidup dalam keadaan saling menutupi dan saling mengampuni. Ciri utama pasangan Kristen yang baik ialah saling menghargai dan membantu sekalipun salah satu pasangan memiliki kekurangan yang ada seperti mengenai suami yang belum bekerja, suami yang sedang sakit, pasangan suami dan isteri yang belum memiliki anak, dan masalah lainnya, tentu peran masing-masing untuk menutupi sangat besar, kendala yang ada jangan dijadikan masalah rumahtangga yang runyam tetapi semakin kuat, bersyukur dan saling mendukung sehingga keluarga menjadi kokoh kuat dan utuh, hadirnya pihak lain selain pasangan justru akan menjadikan pasangan rumahtangga Kristen menjadi bermasalah karena pihak diluar pasangan keluarga Kristen itu tidak benar-benar mengetahui karakter pasangan suami dan siteri keluarga Kristen muda. Tidak kita pungkiri masalah perbedaan keluarga asal, pasangan suami dan isteri yang belum memiliki anak/ keturunan, suami/ isteri yang belum bekerja dan hal mengenai rumahtangga lainnya bukan suatu masalah inti yang menyebabkan terjadinya permasalahan antara suami dan isteri dalam biduk rumahtangga.

b.      Saling Membantu
Hidup diera jaman sekarang telah mengalami situasi perubahan dimana isteri tidak harus selalu dan berpaku kepada penghasilan atau pemberian nafkah dari suaminya, tentu saja kita sebagai bagian dari hidup tidak mengetahui si suamikah atau si isterikah yang mendapatkan berkat penghasilan untuk memenuhi kehidupan, cara tidak selalu mengandalkan pemberian nafkah dari suami merupakan cara yang bijak karena tentu saja hal ini kita hidup dalam situasi dan masa yang berbeda dari waktu ke waktu, isteri tidak boleh selalu menyalahkan suami jika suami belum bisa memberikan penghasilan kepada isterinya dan isteri tidak boleh mengeluh karena keluarga Kristen selalu berbeda dengan keluarga yang memiliki prinsip keyakinan lainnya, isteri harus menjadi sosok yang tidak cepat mengeluh tetapi menjadi kekuatan bersama dengan suami untuk menjalankan kehidupan rumahtangga, jika isteri menjadi sosok yang menopang segala kebutuhan keluarga selagi suami sedang mencari penghasilan atau pekerjaan maka berbahagialah isteri yang demikian karena ia akan menjadi sosok isteri yang diberkati.
Setiap pasangan suami dan isteri harus saling menghargai dan membantu dalam perbagai hal, suami atau isteri harus selalu mendukung dalam berbagai hal karena peran penting masing-masing pasangan, suami atau isteri merupakan sarana untuk saling membantu dan saling menguatkan, jika setiap pasangan saling mendukung, menguatkan dan mendoakan maka pasangan yang satu dengan yang lain memiliki keinginan untuk berbuat baik demi keutuhan keluarga dan rumahtangga, keadaan akan menjadi semakin baik jika pasangan suami atau isteri selalu menjadikan fokus untuk mengasihi.
Kasih terhadap pasangan yang satu dengan yang lain merupakan jalan agar kehidupan rumahtangga tetap terjaga, tidak selalu keadaan suami atau isteri itu selalu dalam kondisi baik, entah masalah ekonomi atau masalah yang lainnya, jika suami belum bisa berbuat banyak untuk keluarga maka isteri harus terus mendukung, menguatkan dan menjadi pihak terdekan yang pertama-tama membantu, menyuport, tidak ada larangan jika isteri menjadi pembantu manakalah situasi keadaan rumahtangga sedang kurang baik seperti mengenai masalah ekonomi, jika suatu hal suami belum bisa menjadi penyokong maka isteri selalu siap menjadi pendukung utamanya, justru jika isteri membantu dalam situasi apapun maka istri istu menjadi isteri yang baik baik keluarga/ suaminya dan ibu yang baik bagi anak-anaknya. Bukanlah hal yang tabuh jika isteri membantu suami dan menjadi penyokong yang baik jika suami sedang memiliki masalah dan belum bisa memenuhi kebutuhan hidup, tentu hal ini tidak semata-mata isteri harus berbuat untuk keluarga tetapi isteri harus menjadi bagian penyokong utama dan ini merupakan suatu kebanggaan bagi istri jika berkesempatan membantu suami dalam mencukupi kebutuhan hidup, demi keluarga yang utuh.
Isteri yang bekerja harus tetap menghargai suaminya sekalipun suaminya sedang dalam situasi sulit karena demikian isteri dijadikan oleh Tuhan bukan karena dirinya sendiri tetapi karena Tuhan menjadikan perempuan (isteri) untuk suami (laki-laki), karena kemuliaan Tuhan bukan pada perempuan tetapi Tuhan, isteri harus tetap menghargai suami sekalipun isteri berada diatas suami dari sisi hal seperti pengdapatan, materi dan hal-hal lainnya, bukan istri menjadi berkuasa karena dia bekerja tetapi tetap rendah hati dan menjadi takut akan Tuhan dengan mendukung keluarga bagaimanapun beratnya hidup yang dijalani dengan setia kepada suaminya.

c.       Percaya dan Saling Menguatkan
Suami dan isteri yang menjadi bagian keluarga baru Kristen tentu harus memiliki pemikiran yang penuh kasih dan kebaikkan, jika situasi rumahtangga Kristen sedang diperhadapkan dengan situasi sulit dan ini merupakan proses perjalanan hidup maka pasangan suami dan isteri tetap harus memiliki kesatuan pemikiran dan dalam hidup yang seiya sekata. Jikapun masalah yang diijinkan Tuhan sedang melanda maka kehidupan keluarga rumahtangga Kristen maka tidak baik jika salah satu pasangan seperti suami atau isteri meninggalkan pasangannya, tentu ini akan berimbas menjadi situasi yang semakin sulit dalam kehidupan keluarga/ rumahtangga. Suami atau isteri yang sedang menghadapi situasi sulit dalam kehidupan keluarga seperti permasalahan ekonomi, sulitnya suami/ isteri mendapatkan pekerjaan atau masalah belum adanya keturunan dan lain sebagainya maka sebenarnya hal tersebut diatas bukanlah masalah inti yang bisa memperkeruh masalah keluarga, jika pasangan suami atau isteri memahami maka suami atau isteri tersebut harus selalu menfokuskan diri kepada pasangannya dalam keyakinan penuh pemulihan rumahtangga kepada Tuhan, Tuhan tentu tidak akan membiarkan rumahtangga Kristen menjadi terbengkelai dan semakin bermasalah dalam perjalanannya, tentu waktu Tuhan bukan waktu manusia dan rencana Tuhan bukan rencana manusia.
Pasangan suami atau isteri tidak boleh meninggalkan pasangannya meskipun dalam situasi sulit Karena rumahtangga Kristen harus selalu mengedepankan hikmat dan kasih kepada Tuhan, mengasihi pasangannya ialahah wujud sama halnya mengasihi Tuhan karena pasangan yang ada merupakan wujud perintah Tuhan untuk menjadi satu yakni “beranak cucu dan menjadi banyak”.
Kaeadaan jaman sering pula memaksa kehidupan keluarga rumahtangga Kristen seperti sulitnya bertahan dalam situasi konflik rumahtangga, masalah ekonomi, masalah sulitnya mendapatkan pekerjaan bukanlah hal yang membuat salah satu pasangan suami atau isteri mundur dalam hidup berumahtangga tetapi justru menjadikan kuat dan hidup semakin bertumbuh dalam iman, Tuhan tidak akan membiarkan umatnya jatuh dalam keadaan sulit karena Tuhan kaya akan segala sesuatu dan Dialah pemulih kehidupan umatNya yang sedang patah dan remuk jiwa nya oleh beban kehidupan, iman selalu harus meyakini sepenuhnya tetapi iman harus juga berdasarkan logika demikian iman Kristen yang sesungguhnya.
Tuhan memberkati keluarga rumahtangga Kristen yang sedang dalam situasi sulit, percayalah Tuhan lebih berkuasa karena Ia Sang Maha Kuasa dan penuh dengan kekayaan serta hikmat, kita semua memiliki iman Kristen yang memiliki Allah yang besar maka itu pedulilah dan hiduplah selalu rukun dan menghargai pasanganmu baik dalam suka maupun duka (masa sulit), tetaplah hidup dalam iman dan kesatuan dengan pasanganmu karena berkat Tuhanlah yang akan memenuhi kebutuhan hidup kita dan jangan undur dan menjauhi pasangan kita sekalipun ada bujukan dari siapa saja diluar pasangan hidup kita karena kita tidak akan tahu motif yang orang lain berikan atas kita.

d.      Jika Isteri Bekerja Meskipun Suami Tidak Bekerja
Jika isteri bekerja apakah hal ini membuat tanggungjawab suami hilang? Tentu saja tidak, Tidak ada firman Tuhan yang menitikberatkan pada suami atau isteri yang bekerja, isteri yang bekerja tentu saja tidak salah karena memang dalam firman Tuhan tidak ada baik isteri atau suami yang bekerja dan memiliki KEHARUSAN, secara hukum Negara tentu berbeda dengan ajaran firman karena hukum Negara menganut dan diserap dari berbagai agama tentu bukan hanya ajaran Kristen tetapi juga ajaran agama lain, untuk itu secara khusus ajaran agama tidak bertalian erat dengan hukum Negara karena aspeknya jelas berbeda, aspek norma yang dikehendaki Tuhan ialah kasih sehingga kasih memiliki peranan yang sangat dalam dalam setiap aspek kehidupan keluarga, BERKAT Tuhan tidak selalu sama antara satu orang dengan yang lain, dan ajaran Tuhan tidak selalu mengajarkan hidup bersama dengan Tuhan tidak selalu mengenakkan, kaya atau banyak harta tetapi kita diajarkan untuk mengikut salib dengan merendahkan diri penuh karena ajaran Tuhan, jika masih ada orang Kristen yang ingin mengikut Tuhan karena ingin kaya maka motifasi seseorang itu telah keliru dan tentu saja seseorang tersebut akan jatuh dalam keinginannya yang tidak akan tercapai karena motif duniawi.
Isteri yang bekerja tentu saja baik jika hal ini didasari rasa kasih yang dalam karena keluarga, kehidupan yang sulit pasti dialami oleh semua keluarga hanya masa dan waktunya berbeda-beda, kita tahu tidak selalu suami diperhadapkan dengan masa mengenakkan tetapi masa sulit pun akan dihadapi oleh setiap keluarga dan tentu jika suami sedang diperhadapkan dengan masa sulit seperti sulitnya mencari pekerjaan, sulitnya merintis usaha baru, atau sulitnya mendapatkan penghasilan maka tentu hal ini tidak perlu dikhawatirkan oleh anak-anak Tuhan, sebagai umat percaya maka kita hanya membutuhkan Tuhan dan pasti dengan keyakinan iman maka Tuhan akan memulihkan dan memberkati keluarga yang diperhadapkan dengan masa sulit, memang banyak pasangan suami isteri yang merasa tidak mampu dan memilih meninggalkan pasangannya karena kurang imannya dan merasa hidupnya sangat susah atau bujukkan keluarga/ orang tua, kerabat agar undur dan meninggalkan suami yang sedang berada dimasa sulit, tentu saja ini adalah tindakan yang tidak terpuji dan kurang baik, seburuk apapun situasinya keluarga yang bisa disebut sedang mengalami “masa sulit” maka isteri tidaklah boleh meninggalkan suaminya, sesukar apapun isteri harus bersama-sama suaminya untuk menjalani hidup karena hidup suami isteri adalah tujuan Allah untuk membentu keluarga Tuhan dan isteri harus taat serta mengasihi suaminya apapun keadaan suaminya dan terus mendoakan agar situasi menjadi baik, percayalah jika situasi sulit yang dikatakan dunia adalah ujian bagi umatNya untuk semakin taat dan penuh bersandar pada kekuatan Tuhan dan tentu saja pada saat waktunya Tuhan akan memulihkan keluarga umatNya, sesulit apapun keadaan umatNya dan keluarga umatNya Tuhan tentu tidak akan membiarkannya karena Tuhan yang akan berdaulat atas keluarga-keluarga yang bersandar pada kasih dan kehendakNya. Isteri yang baik akan menjadi berkat bagi suaminya dan tentu isteri akan menjadi ibu yang berguna bagi anak-anaknya kelak.
e.   Pandangan Teologi yang keliru jika bukti “Berkat ialah kaya”
Ada banyak umat Tuhan disesatkan oleh dangkalnya pemikiran dari pemimpin agamnya yang keliru karena tentu saja pandangan dan motif pemimpin agama berbeda-beda, ada beberapa pemikiran tentang akan SELALU diberkati dengan bukti KAYA jika mengikut Tuhan, jelas hal ini adalah cara piker yang keliru, seperti firman Tuhan yang tertulis pada :
Matius 19:21 :”Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna,  pergilah, juallah segala milikmu  dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin,   maka engkau akan beroleh harta di sorga,  kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
Jelas Firman Tuhan ini menjawab jika mengikut Tuhan tidaklah secara hartawi artinya akan SELALU KAYA jika mengkitu Tuhan, pemahaman dangkal ini akan dapat membuat umat Tuhan yang memiliki orientasi ingin kaya jika mengikut Tuhan akan jatuh kedalam pencobaan, orang akan selalu berpikir meminta berka Tuhan agar kaya, punya banyak uang dan hal-hal duniawi lainnya, jelas orientasi dan pemikiran itu keliru.
Mengikut Tuhan selalu mendasarkan diri pada keteguhan hati seperti halnya Ayub yang diperkenankan diuji lalu kemudian kekayaannya diberikan kembali berkali-kali, namun Ayub sendiri telah lulus “ujian” iman yang sangat sukar diterima manusia biasa, apalagi kita yang ingin berorientasi kaya apakah mau seperti ayub dulu?? Tentu hal ini menunjukkan kekayaan Tuhan yang luar biasa namun akan diberikan oleh umatNya yang taat dan selalu setia tanpa memperhitungkan kaya atau miskin dalam mengikut Tuhan, memang kehidupan butuh materi dan uang namun jangan mengikut Tuhan HANYA karena ingin kaya dan memiliki jabatan.
Seringkali kita lupa jika kita masih diberi hidup ini adala berkat, dari pagi bangun tidur sehabis semalaman kita istirahat maka tentu ini merupakan berkat yang luar biasa, bayangkan jika kita telah merancangkan rencana yang hebat dan super megah namun pada waktu perencanaan kita dipanggilNya, maka tentu hal ini tidak membuahkan hasil apa-apa selain sia-sia!!!
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, kita mengikut Tuhan bukan hanya untuk menjadi mulia dan diberkati namun kita harus menjadi pelaku yang benar, selalu menjalankan hidup dengan santun dan bukan mencari keuntungan agar kita dapat melakukan persembahan, coba kita perhatikan sesungguhnya jika kita mampu member persembahan lebih pernahkan kita berpikir kemurnian uang yang kita persembahkan berasal??? Jika kita masih mempersembahkan dengan uang yang tidak murni dan hasil dari pemberian orang karena rasa terimakasih maka pikirkan tujuan pemberian itu apakah dari hasil suap atau kita yang lebih pintar untuk “menjual” Tuhan dengan mewartakan firman yang kemudian disebut BERKAT??
Kita kaya atau miskin itu hanya ungkapan perkataan manusia yang membedakan banyaknya materi tetapi dalam Tuhan hal ini tidak ada artinya karena kita dating dan kembali kepadaNya tanpa membawa materi/ uang jadi buat apa kita terlalu mengejar kekayaan yang semu, memang mencari materi tidak salah tetapi orientasi mengejar materi jika hanya untuk menjadi kaya maka tentu itu motifasi yang keliru dalam mengikut Tuhan, berkat Tuhan hanya diberikan bagi siapa saja Dia berkenan kepada manusia.
f.   Teguran Penuh Kasih
Jika ada pasangan hidup kita yang suatu kali berbelok arah maka ada baiknya kita menegurnya demi kebaikkan dan bukan kejahatan, jika ada isteri yang menampar suami atau suami yang menampar isterinya karena salah satu pasangan telah berbalik arah maka hal itu tidak dapat dipersalahkan tentu saja menampar pasangan memiliki batasan yang bersifat menegur bukan melukai atau semata-mata kekerasan, tamparan teguran itu baik jika didalamnya ada motif untuk melindungin dan menjauhkan pasangan dari ketidak baikkan serta semata-mata untuk tujuan menyadarkan, tentu saja hal ini adalah hal yang tidak umum atau tidak biasa karena salahsatu pasangan memakai cara “fisik” untuk mengingatkan tujuan memberikan teguran secara fisik bukan selalu jahat atau bersifat kekerasan, tentu sifat ini harus nyata-nyata bertujuan untuk menegur bukan merupakan hal yang selalu dilakukan salah satu pasangan, menegur secara “fisik” dapat dilakukan dalam beban dan level yang ringan bukan semata-mata untuk melakukan teguran fisik yang membahayakan atau kekerasan kejahatan, maka itulah harus selalu kita bedakan mengenai cara fisik yang kita gunakan untuk menegur dan untuk kejahatan.
Banyak teguran fisik dianggap hal yang tabuh dan sebab lain yakni melanggar hukum namun jika dipahami secara untuh maka teguran fisik akan membawa dampak baik dan sekonyong-konyong untuk menegur mengarahkan menjadi baik jika hal ini bukan suatu kebiasaan yang selalu dilakukan untuk melakukan teguran fisik, jika hal ini dimaknai untuk memutus kedegilan pasangan yang telah keluar dari jalan pemikiran baik tetapi justru untuk mempertahankan demi keutuhan rumahtangga, pemahaman teguran fisik harus dipahami dengan benar dan untuh, pemahaman teguran itu harus didasari dengan penuh kasih dan tujuan baik yakni menyadarkan, banyak dampak positif yang akan diperoleh jika teguran fisik betul betul dilakukan dengan tepat untuk tujuan menegur, tidak selalu teguran fisik itu merugikan. Teguran fisik akan mampu menjadi ingatan yangn kuat agar kesalahan yang pernah dilakukan tidak akan menjadi dilakukan kembali. Ada hal negative yang dilakukan jika hanya menasehati saja dalam situasi yang sulit an cenderung tidak kondusif dinasehati, pasangan akan menjadi semakin tidak terkontrol dan lebih bersifat agresif dengan melawan maka tentu ini merupakan yang yang tidak baik dalam hidup berumahtangga namun sesungguhnya akan lebih baik jika masing masing pihak pasangan mengerti dan memahami masing-masing kekurangan pasangannya dengan mensyukuri dan saling menutupi kekurangan pasangannya.
Semoga Tuhan senatiasa menguatkan, mencukupi dan memberkati keluarga Kristen dimanapun berada, amin.

Minggu, 15 Mei 2016

Rumah Tangga Keluarga Kristen



Perkawinan Kristen
Hakikat Perkawinan Kristen
Shalom saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, pada kesempatan ini kita membahas mengenai perkawinan secara Kristen, perkawinan secara Kristen pada dasarnya di pondasikan oleh firman Tuhan yang tertulis pada Kejadian 2 : 18 : “ TUHAN Allah berfirman :”Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”.
Pemahaman sesuai Alkitab ini tentu merupakan bukti kasih Tuhan kepada manusia untuk memiliki keturunan dengan beranak cucu dan bertambah banyak, perkawinan yang diberkati Tuhan dengan amanah agungNya inilah merupakan bukti kasihNya sesungguhnya kepada kita sebagai manusia, dengan dasar keyakinan dan berkat Tuhan manusia (Kristen) menjadi bagian dari karya Allah akan dunia ini.
Tuhan melalui firmanNya hendak menyatakan kasih seutuhnya jika manusia diperkenankanNya membentuk suatu hubungan yang lebih dekat dan mendalam yang kemudian disebut perkawinan dan diperhalus dengan sebutan pernikahan, perkawinan yang dikehendaki olehNya ialah perkawinan yang seiring dan sejalan dengan kasihNya yakni dengan mewujudnyatakan cinta kasih kepada pasangannya dalam bahtera ruhamtangga.
Pernikahan sendiri pada walnya dibentuk oleh ketertarikkan dan hubungan yang erat antara laki-laki dan perempuan, ada beberapa factor yang mempengaruhi seorang laki-laki dan perempuan akan memulai pra perkawinan yakni :
1.      Ketertarikan secara rohani dan jasmani
2.      Kesamaan dan saling melengkapi
3.      Kebutuhan dan timbal balik
4.      Hal-hal lain yang timbul saat pertemuan
Kita uraikan disini mengenai faktor-faktor diatas :
1.      Ketertarikan secara rohani dan jasmani pada pemahaman disini antara laki-laki dan perempuan memiliki hubungan keterpikatan antara rohani dan jasmani dimana ketertarikan akan menimbulkan satu perasaan yang sama.
2.      Kesamaan dan saling melengkapi, antara perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan cirri baik dari sisi jasmani maupun rohani seperti halnya laki-laki memiliki sifat pelindung dan pengayom sedangkan perempuan memiliki sifat pemerhati dan perduli.
3.      Kebutuhan timbal balik, pemahaman yang perlu ditonjolkan disini ialah masing masing pihak memiliki kesamaan pemahaman yang sama, jika laki-laki menginginkan pendamping yang sepadan dan saling mendukung satu dengan yang lainnya.
4.      Hal-hal lain yang timbul saat pertemuan, hal ini secara khusus dan spesifik akan muncul namun jarang pada biasanya, sama halnya karena salah satu pihak merasa senasib sehingga muncul perasaan kebersamaan untuk lebih dekat.
Hakikat dari dasar firman diatas adalah menghendaki jika laki-laki dan perempuan boleh menikah dan ini merupakan perintah Tuhan yang harus dilakukan oleh manusia dalam melaksanakan kehendak Tuhan dalam kehidupan manusia, manusia lahir kemudian dewasa dan saat dewasa manusia tersebut sudah memiliki kehendak sendiri meski orang tua menjadi bagian dalam kehidupannya tetapi manusia dewasa dapat menentukan sikap sendiri untuk melangsungkan hidupnya, yakni dengan perkawinan, antara laki-laki dan perempuan dalam dipersatukan dalam pernikahan kudus dihadapan Tuhan.
Pernikahan hakekatnya dibentuk dengan perasaan saling memiliki kehendak untuk berumahtangga bukan karena sebab-sebab lain seperti adanya paksaan dan dorongan dari keluarga, orang tua atau teman. Pemahaman menikah adalah merupakan kehendak antara laki-laki dan perempuan untuk mau dipersatukan dalam pernikahan kudus dihadapan Tuhan, tidak boleh baik sebelum pernikahan maupun saat pernikahan, ada unsure keluarga/ kerabat dan pihak lain/ teman mempengaruhi kehidupan rumahtangga pada satu keluarga, Inti dari perkawinan nantinya merupakan kehendak diri sendiri untuk menjadi bagian dalam ibadah. Pemahaman ini didasarkan oleh firman Tuhan yang diambil dari Kejadian 2 : 24 :” sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”.
Matius 19 :
19:4 Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? 19:5 Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.  19:6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
Hakekat perkawinan merupakan satu bagian rencana Allah atas manusia untuk memiliki hubungan dengan manusia lain yang tidak sejenis (Laki-laki dan perempuan) untuk bersatu dalam tali pernikahan/ perkawinan yang dipersatukan dalam penumpangan tangan oleh karena dipersatukan dalam kebhaktian pernikahan (jika ada yang menanyakan siapakah yang mempersatukan? Jawabannya ialah pernikahan yang dipimpin oleh pemuka agama) namun secara iman kita meyakini pernikahan dipersatukan dihadapan Tuhan jadi bukanlah pernikahan itu disatukan oleh Tuhan tetapi yang perlu dititik beratkan pemahaman disini ialah pernikahan dipersatukan oleh pemuka agama dihadapan Tuhan oleh (karena) iman Kristen.
Berdasarkan pemahaman firman Tuhan diatas maka jika kita amati makna “meninggalkan” dan “bersatu” itu harus diterjemahkan secara harfiah dan menyeluruh, karena banyak pemahaman jika seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya seolah olah ayat ini menjelaskan jika laki-laki pergi meninggalkan ayah dan ibunya untuk isterinya, jelas yang dimaksudkan bukan begitu pemahamannya maka jika laki-laki meninggalkan itu TIDAK disamakan dengan pergi  dari ayah dan ibunya untuk bersatu dengan isterinya tetapi lebih diartikan saat seorang laki-laki menikah maka hubungan dengan orang tuanya hanya sebagai keluarga saja karena seorang laki-laki sebenarnya tidak pergi tetapi bersatu dengan perempuan yang menjadi isterinya, pada  ayat tersebut tidak dijelaskan secara spesifik jika laki-laki pergi untuk menjauh dan membentuk keluarga sendiri dengan pergi meninggalkan orang tuanya tetapi jikapun laki-laki tetap menjadi satu bagian dari orangtuanya maka itu bukan hal yang salah justru laki-laki saat menikah dengan perempuan yang menjadi isterinya itu hanya member arti spesifik jika laki-laki itu telah memiliki isteri dalam kehidupannya dan tidak ada ayat yang memiliki pemahaman lain yang menyatakan jika laki laki itu keluar/ pergi meninggalkan orang tua karena telah menikah. Suami hanya telah memiliki isteri meski didalam kehidupan keluarga suami sebagai anak dari orang tuanya, sehingga isteri ikut sebagai anggota baru keluarga suami karena pernikahan laki-laki dan perempuan, sehingga perempuan menjadi bagian dari keluarga laki-laki yang menjadi suaminya, dan isteri harus selalu mengikuti suami dimanapun suami berada dan tinggal, karena suami memiliki otoritas penuh sejak pernikahan dengan perempuan yang menjadi isterinya, saat pernikahan antara laki-laki dan perempuan maka telah bersatunya laki-laki dan perempuan sehingga laki-laki dan perempuan itu menjadi rumahtangga baru, tidak ada ayat dialkitab yang menjelaskan jika suami harus pergi kepada isterinya saat pernikahan dengan perempuan yang menjadi isterinya atau bersatu dengan keluarga isterinya, tentu pemahaman laki-laki bersatu dengan isterinya adalah satu konsep jika laki-laki telah memiliki isteri karena pernikahan dan sudah seharusnya isteri selalu mengikuti kehendak suaminya dan mengikuti suami berada dan tinggal karena pernikahan antara laki-laki dan perempuan tidak memutuskan hubungan laki-laki dengan orangtuanya!
Banyak pemahaman keliru yang sengaja diwacanakan untuk menimbulkan kebingungan bagi jemaat Kristen jika adanya ayat tersebut justru membuat kebimbangan sendiri karena ada wacana jika didunia ini memang ada pemahaman pihak perempuan lebih dominan memiliki peran dalam keluarga, sedangkan pemahaman Kristen tentang menikah itu jelas dan tidak dapat diterjemahkan lain jika laki-laki memiliki kekhasan yakni sebagai imam, pemimpin dan hal ini telah jelas disebutkan dalam :
 Efesus 5 : 22-24 :” Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada suami, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu”.
Pemahaman Alkitabiah mengenai jemaat Kristen ialah menempatkan laki-laki tetap pada sisi yang diatas perempuan karena memang maksud Tuhan tetap menjadikan laki-laki sebagai gambar Nya dalam karya kasiNya, jika laki-laki telah dijadikanNya terlebih dahulu daripada perempuan maka demikianlah perempuan harus tunduk terhadap laki-laki karena Tuhan, hal ini sewperti yang ditulis pada :
1 Korintus 11 : 3 “Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki  ialah Kristus,  kepala dari perempuan ialah laki-laki  dan Kepala dari Kristus ialah Allah.”
1 Korintus 11 : 8-9 :Sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki. Dan laki-laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki.”
Pada kedua pemahaman dasar ayat-ayat diatas jelas disebutkan jika laki-laki memiliki peran yang sangat penting dalam rumahtangga kaitannya sebagai imam dalam keluarga. Tuhan menjadikan laki-laki dan perempuan agar kehendakNya dapat dinyatakan dalam wujud karyaNya jika laki-laki sebagai gambaran Tuhan maka perempuan sebagai penolong bagi laki-laki untuk hidup yang penuh dengan kebaikan dan sesuai dengan kehendakNya, sehingga tidak dibenarkan jika perempuan dijadikan untuk memerintah laki-laki dan jelas pemahaman ini sekiranya ada maka pemahaman tersebut telah keliru. Laki-laki tetap menjadi bagian utama sebagai pemimpin bagi perempuan dalam hidup berjemaat dan hidup dalam keluarga khususnya.


Apakah keluarga Kristen tidak pernah menjumpai permasalahan dalam rumahtangganya?
Keluarga Kristen merupakan bagian yang sama dengan perkembangan adab manusia dimuka bumi, jika kehidupan keluarga Kristen dapat hidup dengan mengambil peran sebagai bagian dalam perjalanan umat manusia maka keluarga Kristen perlu senantiasa ikut ambil bagian dalam pelayanan dan dalam Tuhan namun demikian tidaklah hal yang asing jika keluarga Kristen tidak luput dalam kerasnya kehidupan duniawi, kehidupan duniawi seolah-olah mampu menjadi salah satu hambatan keluarga Kristen untuk menata kehidupannya, tidak sedikit pula keluarga Kristen harus menyerah dalam menghadapi kersanya kehidupan duniawi, tentu hal ini bukan karena tidak ada sebab melainkan ada hubungan sebab antara mampunya keluarga Kristen menghadapi persoalan dengan menghadapi gangguan dan pengaruh keras duniawi.
Tentu jika kita melihat adanya gejolak masalah yang hinggap pada kehidupan rumahtangga Kristen adalah hal yang tidak dapat dikiran dan diduga karena siapapun dapat dihadang oleh kerasnya permasalahan dan badai kehidupan, adapun permasalahan gangguan kehidupan antara lain :
1.      Kurang cukupnya ketersediaan materi;
2.      Peran pihak lain yang mencampuri rumahtangga;
3.      Perselingkuhan dan perzinaan;
4.      Perbedaan prinsip dan cara pandang baik jasmani (pemikiran visi dan misi) maupun ketidak samaan pemahaman kegerejaan (prinsip iman).
Mari kita coba uraikan permasalahan hal duniawi yang sering mengganggu permasalahan rumah tangga Kristen :
1.      Kurang cukupnya ketersediaan materi :
Keluarga Kristen sebaiknya meninggalkan pemikiran kolot yang tradisional jika laki-laki hanya mencari nafkah dan uang untuk menghidupi isteri dan anak serta kehidupan rumah tangga, pemahaman sempit yang selama ini selalu menghinggapi jika isteri harus mendapatkan nafkah dari suami itu wajib ADALAH hal yang sudah harus ditinggalkan/ tanggalkan, pemahaman ini jelas subyektif dan bukan berpikir secara manusia rohani, banyak isteri karier yang bias membantu perekonomian keluarga dan bias menjadi tulang punggung bagi suami dan keluarga manakala suami diperhadapkan oleh PHK, sakit, sulit mencari lapangan pekerjaan dan sebab-sebab lain, hal ini Tuhan memiliki maksud jika sumber kehidupan tidak hanya dari suami yang menjadi tulang punggung keluarga, malahan banyak pemahaman keliru yang sengaja dilontarkan oleh orang yang tidak bertanggungjawab jika suami telah member nafkah maka semua urusan isteri menjadi otoritas suami bahkan suami cenderung mengekang hak dan kewajiban isterinya dengan merasa member nafkah. Pemahaman yang benar ialah jika nafkah bukan pada hakekatnya dititik beratkan pada suami atau isteri karena anugerah dapat diberikan kepada siapa saja dalam keluarga Kristen, pun banyak contohnya : pendeta pastoral yang memiliki suami, tentu suaminya harus mengikuti kegiatan pelayanan dimana isteri ditempatkan, artinya suami menjadi “korban” penempatan dimana isteri yang menjadi pendeta ditempatkan pelayanannya, suami siap meninggalkan pekerjaannya jika suami beristeri pendeta (hamba Tuhan) dalam hal ini isteri bekerja dan siap pelayanan ditempatkan dimanapun dia berada, apakah pemahaman suami tidak bias member nafkah yang baik?? Tentu tidak karena dalam hal ini suami mengikuti tugas panggilan pelayanan isteri sebagai pendeta yang siap ditempatkan dimanapun berada, konsep ini berlaku secara umum bukan spesifik pendeta perempuan saja, ada banyak hal yang harus dipahami secara menyeluruh jika si isteri TIDAK HARUS menerima nafkah dari suami tetapi kelebihan masing masing mengisi dan menyeimbangkan pasangannya agar nama Tuhan dipermulialakn dalam rumah tangga Kristen, banyak pemahaman keliru atas konsep “isteri mendapatkan nafkah dari suami” ini bisa menjadi pemahaman yang menjadi MASALAH dalam pernikahan Kristen jikia saja suami karena suatuh hal belum bekerja, PHK, sakit atau sebab lain karena situasi dan kondisi yang sulit, suami tidak boleh disalahkan atau direndahkan oleh alas an ini karena suami tetap menjadi pemimpin dan justru dalam pernikahan itu pemahaman jika isteri harus melayani suami sehingga tidak ada konsep yang dibolak-balik karena sebab apapun seperti isteri lebih mampu, kaya, berjabatan tinggi dari suami sehingga isteri memiliki alas an untuk menjatuhkan suami dengan menempatkan suami pada situasi yang rendah baik dimata isteri, keluarga isteri, jemaat maupun tetangga. Konsep yang benar adalah isteri menghargai suami, setinggi  apapun jabatan isteri, sekaya apapun materi isteri atau hal lain apapun maka suami tetap yang utama karena suami adalah npemimpin bagi isterinya.
2.      Peran pihak lain yang mencampuri rumahtangga;
Banyak sekali dalam siatuaasi jaman sekarang jika pasangan yang sedang mengalami masa sukar dalam perjalanan rumahtangganya diperhadapkan dengan hadirnya campurtangan pihak lain seperti adanya campurtangan keluarga, kerabat, teman maupun pihak gereja yang hendak menasehati rumah tangga Kristen, pemikiran hadirnya pihak lain dalam rumah tangga Kristen yang tidak memiliki masalah atau sedang bermasalah justru akan membuat runyam dan situasi kompleks dalam rumahtangga Kristen tersebut, yang terjadi disini adalah pemahaman dan camputangan pihak lain menambah masalah baru dengan pemberian nasehat/ arahan pandangan yang sebenarnya tidak diperlukan oleh pasangan Kristen tersebut, karena masalah yang ada sebenarnya dapat diselesaikan hanya oleh para pihak (suami dan isteri) dari pasangan rumahtangga Kristen, banyak pikiran dan pemahaman jika ada pihak lain yang menjadi penengah, saksi atau mediator anggapannya jika pihak tersebut masuk dalam keluarga Kristen yang sedang “bermasalah” akan menjadikan masalah reda dan peredam gejolak sehingga menjadi masalah dapat dipecahkan;  justru seharusnya pihak suami dan isterilah diantara mereka sendirilah yang mampu menyelesaikan permasalahan sendiri karena tanpa ada campurtangan pihak lain masalahnya akan reda dan teratasi sendiri, karena banyak pemahaman jika ada pihak lain yang masuk terlalu dalam sehingga mencampuri urusan keluarga Kristen menjadi masalah akan selesai tetapi pada kenyataannya masalah justru akan menjadi parah dan membesar karena telah banyak pihak yang berkontribusi memberikan pemahaman yang justru bukan penjadi penyelesai/ pendampai suatu persoalan tetapi ada kontribusi masalah baru sehingga masalah tidak menjadi selesai dengan hadirnya campurtangan pihak lain.
3.      Perselingkuhan dan perzinaan;
Peselingkuhan dan perzinaan ini adalah hal yang jahat dimata Tuhan dalam pernikahan Kristen, banyak fakta pula penyebab kekeruhan dalam keluarga Kristen jika salah satu pihak telah berlaku zina dan menjalani perselingkuhan dengan pihak lain, jelas ini tidak dapat dibenarkan Tuhan menolak perzinahan (Matius 19 :9);
4.      Perbedaan prinsip yakni maupun ketidak samaan pemahaman kegerejaan (prinsip iman) dan cara pandang baik jasmani (pemikiran visi dan misi)
Konsep Iman :
Pada saat ini banyak umat percaya semakin memiliki dasar pemikiran yang rendah dan kurang panjang, hal ini tidak jarang dimanfaatkan oleh pelayan yang merasa benar dalam mewartakan berita Injil, pemuka agama yang mewartakan cenderung meng”kotak-Kotakkan” jemaatnya untuk tujuan duniawi yakni menjadikan jemaat lingkup/ golongannya menjadi fanatic terhadap ajarannya saja dan menjelaskan jika pemahaman gereja lain lebih salah atau lebih kurang baik ketimbang ajaran dari gerejanya, konsep ini jelas merupakan konsep yang keliru dan sengaja dimunculkan oleh kalangan yang mengabarkan watra injil untuk mengeruk hal duniawi seperti persembahan yang kemudian digunakan untuk memperkaya sendiri oleh pimpinan gerejanya dan menjadikan fanatik dengan tujuan agar jemaatnya tidak keluar dari ajaran gerejanya walau ajaran yang ditunjukkan oleh pemuka agamanya telah keliru, padahal konsep iman Kristen ialah pemahaman akan kesetiaan kepada Tuhan sebagai ini melayani Tuhan dan sesame, dengan beracuan kepada Injil Tuhan bukan najaran gereja atau pemuka agama yang keliru tetapi selalu mendasarkan dalam segala aktifitas rohani kepada Tuhan dan Alkitab.

Konsep pemahaman Jasmani disini ialah pemahaman seseorang atas karya pikirannya untuk menjalankan hidup ( ada banyak rumah tangga Kristen terbelenggu dengan hadirnya konsep pemikiran isteri yang mendominan seperti hanya keputusan isteri menjadi penentu keluarga ) jelas pemahaman dan konsep ini salah dan keliru, hal ini akan dapat menjadi masalah baru dalam keluarga jika dibiarkan.

Pemahaman diatas merupakan salah satu kecil contoh hal-hal yang mampu menggoyahkan rumahtangga Kristen sekalipun Tuhan memerintahkan agar apa yang telah dipersatukan Tuhan tidak boleh diceraikan manusia. Suatu ketika jika hal-hal kecil yang menjadi suatu masalah baru dalam keluarga Kristen maka Alkitab menjelaskan pada :
1 Korintus 7: 5 :”


Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak.
Artinya keluarga Kristen diperbolehkan untuk mengambil waktu masing-masing untuk berdoa dan memohon pencerahan dan kekuatan kasih Tuhan dalam menjalankan kehidupan rumahtangga dalam arti umum jika mengambil waktu disini adalah tidak berpisah, tetapi masing-masing mengambil waktu untuk berdoa kepada Tuhan dan kemudian hidup bersama-sama kembali, hal ini telah jelas Nampak Tuhan tidak menghendaki adanya permasalahan yang timbul dalam keluarga Kristen namun demikian masalah selalu muncul adalah hal yang wajar.
SIMPULAN
Rumah tangga Kristen ialah rumahtangga yang hidup dan lahir karena cinta kasih Tuhan kepada manusia, manusia diberkati dalam pernikahan menjadi bagian dari pelaksanaan perintah Tuhan sejak bumi dijadikanNya, jika rumahtangga Kristen yang telah disatukan hidup dalam rasa syukur dan penuh kasih maka tentu hidup keluarga Kristen menjadi damai tetapi tidak kita pungkiri keluarga Kristen akan dapat jatuh dan terkoyak karena kerasnya hambatan yang ada itu karena memang secara nyata keluarga Kristen benar-benar dihadapkan oleh masalah sulit yang tidak dapat dihindari, tetapi Tuhan selalu menghendaki agar kita sehati dan taat kepadanya, jika halangan itu karena sakit, PHK, belum bekerjanya pasangan dan sebab-sebab lain maka kurang arif jika kita menjelek-jelekkan tentang kehidupan rumahtangga Kristen kepada pihak lain sekalipun keluarga terdekat, mencaci, menghina pasangan atau keluarga pasangan tentu bukan suatu konsep yang dikehendaki Tuhan, siapa pun rumahtangga didunia ini pernah mengalami masa sukar dan itu masa dan waktunya selalu berbeda-beda tergantung keadaan dan situasi, jika langkah suami dan isteri yang sangat dikehendaki Tuhan ialah bersatu hatri baik dalam suka maupun duka dan menghargai serta tidak melibatkan pihak lain dalam kehidupan rumahtangga maka itulah keluarga yang senatiasa berkenan kepadaNya, jika keluarga antara suami dan isteri tidak memiliki keinginan untuk saling merendahkan dan menghina maka jika ada salah satu pasangan yang sedang terkendala maka pasangan nya selalu siap untuk menjadi penolong yang spadan bukan justru pasangan yang hilang saat pasangan lainnya membutuhkan karenba sedang mengalami masa sukar, pasangan Kristen sejati ialah pasangan yang seia sekata dan penuh kemurahanNya disertai hidup dalam syukur meskipun kehidupan sulit dilakukan namun keluarga Kristen akan menjadi kuat karena suami dan isteri sepakat tetap menjadi satu dan saling menguatkan dan menopang bukan karena salah satu pasangan sedang mengalami masa sukar lalu pasangan yang lain meninggalkannya, bagaimanapun juga suami tetap adalah pemimpin bagi isterinya dan dimanapun suami berada maka isterinya harus selalu mengikutinya, isteri menjadi bagian hidup dari suaminya dan isteri tunduk pada suami karena Allah, suami sebagai imam yang menjadikan istrinya berkenan kepadaNya untuk suamilah isteri dijadikan Allah maka itu dimanapun suami tinggal maka isteri harus pula mengikut suaminya, demikianlah kehendakNya agar hidup penuh kebaikkan, serta janganlah salah satu pasangan meninggalkan pasangannya karena sebab materi yang kurang cukup apalagi jika suami telah berbuat untuk isterinya maka tidak patut isteri meninggalkan suami karena hasutan/ campurtangan keluarga isteri atau karena hal keuangan seperti suami belum bekerja, PHK atau hal-hal yang tidak penting lainnya, ingatlah jika percobaan yang sedang dialami keluarga Kristen itu bersifat sementara, saat kita berdoa maka mujizat akan diturunkannya bagi yang menunggu nkebaikkanNya dalam hidup umatNya, jika kita masih diperhadapkan masa sukar dalam kehidupan rumah tangga Kristen maka yakinilah seperti firman Tuhan :Filipi 4: 19

Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.
Semoga kasih Tuhan Yesus member kekuatan dan pemulihan keluarga Kristen yang sedang menghadapi masa sukar, ingatlah dalam keadaan apapun Tuhan selalu beserta dan memberkati keluarga Kristen dan didalam dia ada janjiNya yang agung.